IBM POWER-based Systems accessible on IBM Cloud
Andi Sama — CIO, Sinergi Wahana Gemilang with Dewi Triana
Baru-baru ini di pertengahan bulan Juni 2019, IBM membuat suatu terobosan modernisasi dengan membuat dua midrange server-nya, yang biasanya tersedia secara On-Premise untuk Enterprise, untuk dapat diakses melalui Cloud sebagai bagian dari layanan Infrastructure as a Service (IaaS) untuk kategori Compute: IBM-i dan IBM AIX yang berbasiskan arsitektur IBM POWER (Performance Optimization With Enhanced RISC — Reduced Instruction Set Computing). Akses ini tersedia bagi siapa saja yang telah memiliki IBMID di IBM Cloud.
Ilustrasi-1 menunjukkan tampilan layar dari hasil perintah WRKACTJOB (Work with Active Jobs) pada IBM-i (dahulu sejak mulai diperkenalkan di tahun 1988, dikenal sebagai AS/400 — Application System/400 dengan sistem operasi OS/400 — Operating System/400). Saat ini kita login sebagai QSECOFR (Security Officer), suatu user-id yang setara dengan root pada sistem operasi UNIX/Linux/AIX. Sedangkan ilustrasi-2 menunjukkan tampilan layar dari hasil perintah SMITTY (menjalankan SMIT, System Management Interface Tool) pada IBM-AIX (dahulu dikenal sebagai RS/6000 — RISC/6000 dengan sistem operasi: AIX, versi UNIX oleh IBM). Saat ini kita login sebagai root.
Legacy System vs Modernisasi
Di jaman modern saat ini, IBM-i & IBM AIX kadang disebut sebagai legacy systems yang masih banyak menjalankan berbagai aplikasi back-end yang bersifat mission-critical untuk enterprise berskala besar maupun menengah.
Contoh saja misalnya pada industri perbankan Indonesia: IBM-i banyak digunakan untuk menjalankan aplikasi core-banking yang mengelola akun perbankan masyarakat Indonesia, juga beberapa penerapan sebagai front-end untuk pengelolaan jaringan ATM (Automated Teller Machine). IBM-AIX banyak digunakan pada berbagai industri untuk melakukan High Performance Computing (HPC) misalnya.
Sistem aplikasi modern berbasis Web/Mobile kadang perlu untuk mengakses legacy system seperti IBM-I atau IBM AIX ini. Salah satu caranya adalah dengan melakukan apa yang disebut sebagai screen scrapping, suatu teknik otomasi di mana suatu aplikasi bertindak seolah-olah sebagai user yang melakukan aktifitas dan berinteraksi dengan layer legacy system.
Cara lebih modern biasanya melalui pertukaran data (message exchange) melalui mekanisme yang disebut sebagai message queue, yang kadang dilakukan secara langsung ke legacy system tersebut atau melalui suatu middleware. Yang terbaru adalah RPA (Robotic Process Automation), di mana suatu software robot didefinisikan untuk dapat berinteraksi dengan aplikasi (termasuk legacy system), terutama untuk melakukan pekerjaaan-pekerjaan yang bersifat rutin (misal: melakukan otomasi pemindahan data manual dari pdf file atau excel file ke entry-form di aplikasi legacy system).
IBM POWER
Di dunia infrastruktur sistem hardware, secara umum kita biasanya membaginya kedalam tiga kategori server: x86 server, midrange server dan mainframe server. Saat ini IBM memiliki portfolio midrange server berbasis arsitektur IBM POWER (dengan system operasi IBM i, IBM AIX dan Linux) dan mainframe server (IBM z). Perlu diingat bahwa sebelumnya IBM juga memiliki portofolio IBM xSeries (berbasis arsitektur x86) yang telah diakuisisi oleh Lenovo pada tahun 2014.
IBM POWER merupakan dasar arsitektur sistem dari produk-produk hardware dalam keluarga IBM POWER9 Systems untuk Artificial Intelligence/Deep Learning (POWER AC922 dengan NVIDIA GPU), Data Intensive Workload (POWER S914, S922, S924, S922, L922), Bigdata workload (POWER LC922/LC921), SAP HANA — High Performance Analytics Appliance (POWER H922, H924), Enterprise Private Cloud (POWER E950, E980), dan Enterprise Private Cloud for SAP HANA (POWER H950, H980) dengan pilihan beragam platform sistem operasi: IBM i, IBM AIX dan Linux.
Arsitektur POWER, seperti namanya merupakan arsitektur yang berbasis RISC yang pada dasarnya hanya menyediakan fungsi-fungsi dasar yang diperlukan saja dalam suatu rancangan hardware CPU Integrated Circuit (Central Processing Unit) sehingga rancangan hardware menjadi jauh lebih efisien. Kontras dengan arsitektur RISC adalah rancangan CPU berbasis CISC (Complex Instruction Set Computing) seperti halnya yang terdapat pada kebanyakan prosesor berbasis x86 (Intel maupun AMD).
Modernisasi IBM-i dan IBM AIX berbasis POWER, on Cloud
IBM-i dan IBM AIX yang biasanya hanya dapat diakses secara eksklusif oleh para profesional yang bekerja dalam lingkungan Enterprise kini telah menjadi Cloud-Enabled, di mana akses telah terbuka luas bagi setiap perusahaan ataupun individu untuk dapat menjalankan berbagai aplikasi pada platform yang memang sebelumnya sangat scalable dan trusted ini.
Kemampuan hardware berbasis POWER untuk membentuk LPAR (Logical Partition) dengan PowerVM-nya yang dapat menjalankan berbagai operating system secara virtual dikembangkan sedemikian rupa mengikuti perkembangan teknologi berbasis Cloud sehingga dapat diakses secara luas di manapun dan kapanpun saja di seluruh dunia. Ini memberikan lower cost-of-entry bagi perusahaan untuk dapat me-leverage legacy platform ini dalam memenuhi berbagai kebutuhan bisnis ataupun bagi individu sekalipun untuk sekedar mempelajari platform legacy yang sangat powerful ini.
Cara mengaksesnya pun dibuat sangat sederhana. Melakukan provisioning untuk menjalankan satu atau beberapa instance dengan menggunakan IBMID yg sudah terdaftar sangatlah cepat (dalam waktu hanya beberapa menit saja).
Ilustrasi-3 menunjukkan satu konfigurasi IBM-i dan IBM AIX pada IBM Cloud, di mana saat ini terlihat bahwa kondisi IBM AIX sedang aktif (ACTIVE, operasional) dan IBM-i sedang tidak aktif (SHUTOFF).
Satu konfigurasi minimum IBM-i dan IBM AIX ditunjukkan pada ilustrasi-4 dan ilustrasi-5. Masing-masing konfigurasi (per instance) dikonfigurasikan dengan 0.25 processor core, 2GB RAM dan 80GB disk (IBM-i), 20GB disk (IBM AIX). Sebelum kita dapat menjalankannya (run konfigurasi tersebut, dan mengakses sistem yang running melalui console-nya), kita perlu membuat suatu SSH-key.
Untuk dapat diakses melalui public cloud VLAN segera setelah kita menjalankan konfigurasi tersebut, kita dapat memilih Public Cloud untuk network interface-nya. Jika kita memiliki sistem yang running di Private Cloud misalnya dan memilih untuk memindahkan workload ke Cloud, maka kita dapat melakukan setup network interface untuk Hybrid-Cloud environment dan tentunya secara paralel dapat melakukan akses ke berbagai resource di Cloud.
Ilustrasi-6 menunjukkan tampilan layar IBM-i versi 7.2, dengan nama subsystem: QBASE di mana kita dapat melakukan sign-on ke sistem IBM-i dengan userid yang telah terdaftar (kita akan sign-on dengan userid QSECOFR, userid paling powerful di IBM-i). Sedangkan ilustrasi-7 menunjukkan tampilan layar IBM AIX versi 7.1, di mana kita dapat juga melakukan login ke sistem dengan userid yang telah terdaftar (dalam hal ini, kita akan login dengan userid root, userid paling powerful di sistem berbasis UNIX maupun Linux, yang tentunya juga berlaku untuk IBM AIX).
Ilustrasi-8 dan 9 menunjukkan beberapa tampilan setelah melakukan sign-on/login. Pada IBM-i, ditampilkan Main Menu dan hasil dari perintah WRKSBS (ilustrasi-8) dan WRKACTJOB (ilustrasi-1). Sedangkan pada IBM AIX, ditunjukkan tampilan setelah login dan hasil dari perintah ‘ps –ef | more’.
Saat ini untuk IBM-i maupun IBM AIX on Cloud, maksimum konfigurasi yang dapat dipilih adalah 15 processor core (minimum: 0.25), 64GB RAM (minimum 2GB) dan 10TB disk (minimum 10GB Standard/SSD: Solid State Disk). Tipe mesin Power Systems-nya dapat dipilih salah satu: E880 atau S922. Ini adalah konfigurasi per-instance di mana setelah suatu konfigurasi terdefinisikan, kita dapat langsung menjalankannya (saat ini, bisa running 1 atau 2 instance).
Estimasi biaya untuk setiap komponen yang kita pilih maupun total untuk seluruh komponen yang kita pilih (secara umum diestimasi per bulan, walaupun kebanyakan satuan pemakaiannya dihitung per jam) ditunjukkan secara transparan.
Bagaimana Selanjutnya?
Dalam perkembangannya, arsitektur berbasis POWER juga berkembang dengan pesat. IBM Summit menjadi super komputer nomor satu yang tercepat di dunia (sejak 2018). Dengan kemampuan komputasi 200 PF (Petaflops), 9.216 IBM POWER9 CPU prosesor + 27.648 NVidia GPU (Graphic Processing Unit), kapasitas memory >10 PB (Peta Bytes), kapasitas storage: 250 PB. Analoginya (menurut IBM), super komputer yang terpasang di Oak Ridge National Laboratory ini, satu juta kali lebih powerful dari laptop yang paling powerful saat ini.
Baru-baru ini (2018) IBM juga telah mengumumkan portfolio sistem hardware IBM yang terbaru: IBM Quantum Computer (IBM Q) yang sangat menjanjikan untuk menjadi server andalan dalam beberapa dekade ke depan. Sejak pertengahan tahun 2016, IBM Q sudah mulai dapat diakses untuk para periset pionir yang bekerja dalam area cutting edge technologies untuk membuat terobosan-terobosan baru untuk masa depan. Sistem hardware IBM Q yang sebelumnya hanya tersedia di IBM Cloud (IBM Quantum Experience), mulai akan tersedia segera secara on-premise dengan diumumkannya IBM Q System One (20 Qubits) di awal bulan Januari 2019.
Bagaimana, apakah kita cukup ter-update dengan berbagai perubahan yang terjadi? Legacy System seperti IBM-i dan IBM AIX saja sudah public-cloud-enabled sekarang. Banyak hal baru di dunia Teknologi Informasi yang terus akan datang di tahun-tahun ke depan. Dan semakin hari perubahan itu sepertinya datang dengan semakin cepat.
Pertanyaannya, seberapa kita sendiri sebagai professional di dunia Teknologi Informasi siap berubah agar dapat tetap relevan? Jawabannya tentunya berpulang kembali kepada diri kita masing-masing.