Investor Konservatif, Moderat, dan Agresif
Andi Sama — CIO, Sinergi Wahana Gemilang
TL;DR;
- Investasi melalui reksadana di Indonesia dengan mempertimbangkan profil resiko individu.
- Investor konservatif, moderat, dan agresif.
Apakah mungkin bagi kita para investor kecil (retail investor) untuk dapat berinvestasi di Alphabet, parent company-nya Google? Juga Pfizer di healthcare industry yang akhir-akhir ini sedang naik daun? Atau investasi di saham-saham unggulan maupun emerging companies & industries di pasar modal Indonesia? — Investasi melalui reksadana (mutual fund) adalah salah satu jawabannya.
Mendekati akhir tahun 2021 (bulan November), sudah ada lebih dari 6,5 juta investor reksadana di Indonesia (KSEI, 2021). Pertumbuhan ini sangatlah signifikan (104,77%) jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan tahunan di dua tahun sebelumnya (2018 ke 2019 dan 2019 ke 2020) pada periode yang sama adalah 78,25 % dan 78,95%.
Seiring dengan meningkatnya minat masyarakat untuk berinvestasi pada reksadana, jumlah reksadana yang tersediapun cukup banyak. Pada akhir Desember 2021, jumlah reksadana di Indonesia adalah 2.471 (Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2022b) dengan total dana yang dikelola (Nilai Aktiva Bersih — NAB) mencapai 564 Triliun rupiah (data akhir November 2021).
Investasi Reksadana
Investor yang mampu melakukan investasi secara langsung di pasar modal (capital market) biasanya memiliki modal yang cukup besar (large capital), serta memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengelola portfolio investasi secara profesional berdasarkan profil resikonya.
Bagi para investor kecil yang belum memiliki “kemampuan untuk melakukan investasi secara langsung” di pasar modal, reksadana seringkali menjadi pilihan yang memungkinkan untuk dapat dijalankan.
Reksadana terdiri dari campuran banyak instrumen investasi (berbagai berbagai obligasi/surat hutang, instrumen pasar uang, saham, maupun campuran dari semuanya menurut batas-batas tertentu), yang ditujukan untuk diversifikasi investasi (Digibank Reksadana, 2022a).
- Reksadana Pasar Uang melakukan investasi 100% dari total dana yang dikelola pada instrumen pasar uang seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, dan obligasi jangka pendek dengan waktu jatuh tempo < 1 tahun.
- Reksadana Pendapatan Tetap menginvestasikan minimum 80% dari total dana yang dikelola pada instrumen bersifat surat hutang yang memberikan pendapatan tetap. Misalnya surat utang atau obligasi dengan waktu jatuh tempo > 1 tahun.
- Reksadana Saham menginvestasikan minimum 80% dari total dana yang dikelola ke instrumen bersifat saham.
- Reksadana Campuran melakukan investasi pada instrumen bersifat saham, surat hutang, atau/dan pasar uang dengan maksimum 79% dari total dana yang dikelola.
Melakukan investasi melalui reksadana berarti, kita sebagai kumpulan dari para retail investor menyerahkan pengelolaan dana ke manajer investasi. Dengan melakukan pengumpulan dana seperti ini, manajer investasi yang dikelola oleh para profesional dibidangnya akan memiliki dana yang besar untuk dikelola. Secara umum, manajer investasi biasanya mengutip biaya pengelolaan (transaction fee) untuk setiap transaksi yang kita lakukan (beli/subscribe, jual/redemption, atau pengalihan/switch).
Di Indonesia, manajer investasi wajib mendapatkan ijin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam prakteknya, peran manajer investasi biasanya dijalankan oleh perusahaan manajemen aset.
Selain dokumen prospektus yang menjelaskan rincian suatu reksadana, secara rutin (biasanya bulanan), manajer investasi mempublikasikan laporan kinerja (Fund Fact Sheet) bagi reksadana yang dikelolanya. Laporan ini menjadi salah satu acuan yang penting bagi para retail investor.
Dalam artikel ini, untuk selanjutnya, retail investor disebut sebagai investor saja.
Memulai Investasi pada Reksadana
Reksadana dapat dibeli melalui Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) yang merupakan pihak yang melakukan penjualan reksadana berdasarkan kontrak kerjasama dengan manajer investasi. Selain berbagai perusahaan investasi, ada cukup banyak bank yang menjadi APERD. Daftar APERD, yang saat tulisan ini dibuat di awal 2022, ada 76 perusahaan (bank dan non-bank) yang dapat dilihat secara online pada (Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2022a).
Investor biasanya menyesuaikan tujuan investasi dengan jenis reksadana yang dipilih. Secara umum, semakin panjang tujuan keuangan kita, maka reksadana yang dipilih biasanya menawarkan return yang lebih tinggi. Berikut adalah ilustrasi tujuan investasi berdasarkan horison waktu investasi yang sejalan dengan pemilihan jenis reksadananya (Digibank Reksadana, 2022b).
- Jangka Pendek (≤1 tahun) — Reksadana Pasar Uang. Mempersiapkan dana darurat atau untuk liburan tahun depan misalnya.
- Jangka Menengah (1–5 tahun) — Reksadana Pendapatan Tetap atau Reksadana Campuran.
- Jangka Panjang (> 5tahun) — Reksadana Saham. Mempersiapkan untuk pensiun atau pembelian aset dengan nilai yang besar misalnya.
Resiko & Tingkat Pengembalian, Risk & Return
Investasi berkaitan dengan risk & return (resiko dan potensi tingkat pengembalian investasi). Secara umum, jika return dari suatu investasi semakin besar, maka risk-nya juga akan semakin besar. Demikian sebaliknya — jika return dari suatu investasi semakin kecil, maka risk-nya juga akan semakin kecil. Disinilah profil setiap investor berbeda-beda.
Sebagai investor di pasar modal kita dapat memilih jenis investasi apa saja yang akan kita lakukan. Jenis investasi ini biasanya terbagi dalam beberapa kategori berdasarkan resikonya. Untuk mudahnya — sebut saja resiko rendah, sedang, dan tinggi dimana profil investor-nya disebut sebagai investor konservatif, investor moderat dan investor agresif. Investor biasanya akan melakukan investasi (menempatkan dananya untuk dikelola oleh manajer investasi) berdasarkan profil resikonya masing-masing.
Investor Konservatif — Investasi Resiko Rendah
Investor yang menempatkan sebagian besar dananya untuk investasi (≥80%) pada instrumen investasi resiko rendah seperti tabungan dan deposito masuk dalam kategori investor konservatif. Investor ini tidak mau mentoleransi adanya kerugian dan tidak mau terpengaruh fluktuasi instrumen investasi di pasar uang.
Portfolio reksadana yang cocok dengan tipe investor konservatif adalah reksadana dengan resiko rendah (low risk mutual fund). Reksadana ini biasanya masuk dalam kategori pendapatan tetap (fixed income) yang terdiri dari obligasi pemerintah (government bond) dan deposito berjangka (time deposit) dari bank-bank pemerintah. Reksadana yang dikelola oleh manajer investasi ini relatif aman dengan ekspektasi return yang lebih tinggi dari inflasi.
Beberapa contoh reksadana dengan resiko rendah adalah Reksa Dana Schroder Dana Liquid, Manulife Dana Kas II Kelas A, Reksa Dana BNP Paribas Prima II Kelas RK1, dan Mandiri Investa Pasar Uang. Reksadana ini lebih disarankan untuk investor pemula.
Investor Agresif — Investasi Resiko Tinggi
Investor agresif menempatkan sebagian besar dana investasinya (≥80%) pada instrumen investasi beresiko tinggi (high risk) seperti saham (stocks). Investor ini dapat mentoleransi adanya potensi resiko kerugian yang tinggi yang disebabkan oleh fluktuasi (volatilitas yang tinggi) instrumen investasi di pasar uang dan pasar modal. Harapannya, mendapatkan potensi tingkat pengembalian investasi yang tinggi (high return) dalam jangka waktu tertentu.
Investor dengan profil resiko tinggi dapat melakukan penempatan pada high risk mutual fund: reksadana berbasis saham, mata uang asing (forex), atau penempatan di luar negeri (offshore).
Contoh reksadana untuk saham: Eastspring Investments Value Discovery Kelas A, Sucorinvest Saham Dinamis, dan Batavia Dana Saham Optimal. Untuk mata uang asing: Manulife Greater Indonesia Fund. Sedangkan contoh reksadana untuk offshore berbasis USD: Schroder Global Sharia Equity Fund.
Investor Moderat — Investasi Resiko Menengah
Investor moderat menginvestasikan dananya pada instrumen investasi yang dapat memberikan potensi return yang lebih tinggi, namun menghindari adanya potensi kerugian yang besar. Portfolio investasinya bisa seimbang antara instrumen investasi high risk: low risk. 50%:50% misalnya, atau sedikit cenderung lebih banyak ke instrumen yang bersifat high risk (instrumen high risk sampai 80%-nya).
Portfolio reksadana dengan resiko sedang (medium risk mutual fund) biasanya berada di antara kedua portfolio di atas, termasuk investasi pada pasar uang dan saham perusahaan-perusahaan skala besar (pemerintah maupun swasta) yang sudah mapan pada industri yang relatif stabil. Artinya, pergerakan harga (volatilitas)-nya relatif sedang.
Sering kita menemukan nama “reksadana campuran” pada kategori ini. Contohnya: Manulife Dana Campuran II, FWD Asset Bond Fund, dan Eastspring Investments IDR High Grade Kelas A.
Mari Mulai Berinvestasi
Reksadana yang baik memiliki kinerja yang mampu mengungguli tolok ukurnya/benchmark. Benchmark reksadana pendapatan tetap adalah indeks obligasi. Benchmark reksadana pasar uang adalah rata-rata bunga deposito. Benchmark reksadana saham adalah Index Harga Saham Gabungan (IHSG) atau disebut juga Indonesia Composite Index (ICI).
Nah, profil investor (konservatif, moderat, maupun agresif) biasanya ditentukan oleh beberapa hal (Digibank Reksadana, 2022a). Saat kita mendaftar untuk melakukan investasi, biasanya manajer investasi perlu mengetahui profil kita sebelum merekomendasikan instrumen investasi yang cocok dan tepat.
- Tujuan dan jangka waktu investasi.
- Pengalaman berinvestasi sebelumnya.
- Resiko yang bisa ditoleransi dalam berinvestasi.
- Apakah kebutuhan sehari-hari bergantung kepada dari hasil investasi?
Semoga artikel ini memberikan gambaran awal mengenai potensi return dan juga resiko dalam berinvestasi pada reksadana.
Artikel selanjutnya direncanakan untuk membahas tentang istilah-istilah dan rasio dasar dalam menimbang pemilihan suatu instrumen reksadana — potensi return yang berbasiskan resiko (risk-adjusted return): Sharpe Ratio, Alpha, dan Beta “Mulai belajar Investasi? Mari Mengenal Reksadana (lanjutan).”
Referensi
- Bibit, 2022, “Frequently Asked Questions — Investasi Reksadana.”
- Digibank Reksadana, 2022a, “Kenali profil resikomu.”
- Digibank Reksadana, 2022b, “Tips Jitu Pilih Reksa Dana Buat Pemula.”
- Infographics Presentation Template, 2021, Slidesgo and Freepik.
- Infovesta, 2022, “Reksadana Saham.”
- KSEI, 2022, “PT. Kustodian Sentra Efek Indonesia.”
- KSEI, 2021, “Statistik Pasar Modal Indonesia — November 2021”
- Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2022a, “Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD).”
- Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2022b, “Produk Reksadana.”