Mulai belajar Investasi? Mari Mengenal Reksadana (lanjutan)
Potensi return berbasiskan resiko (Risk-Adjusted Return) — Sharpe Ratio, Alpha, dan Beta.
Andi Sama — CIO, Sinergi Wahana Gemilang
TL;DR;
- Investasi melalui reksadana di Indonesia dengan mempertimbangkan profil resiko individu.
- Pembahasan singkat (dengan contoh) mengenai sharpe ratio, alpha, dan beta dalam memilih suatu reksadana.

Dalam artikel sebelumnya “Mulai belajar Investasi? Mari Mengenal Reksadana”, kita telah mengenal berbagai profil resiko seorang investor: konservatif, moderat, dan agresif. Nah, kali ini kita akan membahas tentang istilah-istilah dan rasio dasar dalam menimbang pemilihan suatu instrumen reksadana — potensi return yang berbasiskan resiko (risk-adjusted return) dengan contoh-contoh reksadananya.
Di artikel sebelumnya telah disebutkan bahwa reksadana yang baik memiliki kinerja yang mampu mengungguli tolok ukurnya/benchmark. Benchmark reksadana pendapatan tetap adalah indeks obligasi. Benchmark reksadana pasar uang adalah rata-rata bunga deposito. Benchmark reksadana saham adalah Index Harga Saham Gabungan (IHSG) atau disebut juga Indonesia Composite Index (ICI).
Risk-Adjusted Return dari suatu Reksadana
Informasi ukuran kinerja suatu reksadana dengan potensi risk & return-nya: standard deviation, sharpe ratio, beta, dan alpha (Bank DBS, 2022) biasanya dipersiapkan oleh manajer investasi dan tersedia bagi para investor secara berkala, sebagai salah satu acuan dalam melakukan investasi pada reksadana tersebut.
Contoh Reksadana beserta Ukuran Kinerjanya
Mari kita lihat beberapa contoh jenis reksadana (Bank DBS, 2022) yang tersedia saat ini (reksadana pasar uang, pendapatan tetap, campuran, dan saham) dengan resiko yang berhubungan dengannya (resiko rendah, sedang/moderat, atau tinggi).
Untuk setiap reksadana pada ilustrasi berikut, tersaji beberapa informasi: standard deviation, sharpe ratio, alpha, maupun beta, termasuk return rate-nya dalam satu tahun terakhir.


Sharpe Ratio dan Standard Deviation
Sharpe ratio membantu investor untuk dapat membandingkan potensi return dari berbagai reksadana sejenis, berdasarkan tingkat resikonya. Walau ukuran sharpe ratio ini juga memiliki kelemahan, karena berasumsi bahwa return terdistribusi secara normal (Investopedia, 2022b).
Sharpe ratio menunjukkan seberapa besar kelebihan return (excess return) dari suatu instrumen investasi yang dibandingkan dengan investasi bebas risiko (risk free atau zero risk), atas setiap unit risikonya.
Dalam reksadana, pengukuran kinerja didasarkan pada perbandingan risk & return. Semakin tinggi nilai sharpe ratio (positif), maka semakin baik kinerja reksadana tersebut (dibandingkan dengan reksadana lain dalam satu jenis reksadana yang sama: reksadana pasar uang atau saham misalnya).

Salah satu tolok ukur/benchmark investasi bebas resiko adalah obligasi pemerintah Indonesia (Indonesia Government bond). Contoh instrumen investasinya misalnya: SR015 di 5.1% per tahun. Walaupun dalam prakteknya biasanya diambil nilai rata-rata dari semua instrumen yang ada dalam satu periode tertentu.

Standard deviation merupakan salah satu nilai yang digunakan dalam perhitungan sharpe ratio. Standard deviation menjelaskan volatilitas historis (dalam jangka waktu tertentu) untuk suatu investasi.
Secara statistik, standard deviation mengukur penyebaran kumpulan data, relatif terhadap rata-ratanya (mean). Secara umum, instrumen investasi yang memiliki volatilitas tinggi memiliki standard deviation yang tinggi. Volatilitas adalah pergerakan harga historis selama periode tertentu.
Alpha dan Beta
Alpha menunjukkan seberapa bagus (atau seberapa buruk) kinerja suatu reksadana dibandingkan dengan market index-nya (benchmark). Nilai alpha = 0 menunjukkan kinerja reksadana tersebut setara dengan benchmark-nya.
Alpha = 3.0 (positif) misalnya, ini menunjukkan kinerja reksadana tersebut lebih baik 3% di atas benchmark-nya. Demikian pula sebaliknya. Nilai alpha = -5.25 (negatif) menunjukkan kinerja reksadana tersebut lebih buruk 5.25% di bawah benchmark-nya.
Beta adalah ukuran volatilitas yang menunjukkan seberapa volatile suatu reksadana terhadap market (misal terhadap IHSG — Indeks Harga Saham Gabungan) secara keseluruhan. Baseline untuk beta adalah 1.0, yang berarti reksadana tersebut bergerak seiring dengan pergerakan pasar secara keseluruhan.
Jika beta = 1.25 misalnya, ini menunjukkan bahwa volatilitas reksadana 25% di atas pasar secara keseluruhan. Demikian pula sebaliknya. Nilai beta = 0.77 menunjukkan volatilitas reksadana tersebut 23% di bawah pasar secara keseluruhan.
Alpha dan beta merupakan ukuran historis, nilai yang dihitung berdasarkan kinerja reksadana sebelumnya, dalam periode tertentu.
Referensi
- Andi Sama, 2022, “Mulai belajar Investasi? Mari Mengenal Reksadana”
- Bank DBS, 2022, “Digibank Reksadana.”
- Infographics Presentation Template, 2021, Slidesgo and Freepik.
- Infovesta, 2022, “Reksadana Saham.”
- Investopedia, 2022a, “Alpha vs. Beta: What’s the Difference?”
- Investopedia, 2022b, “Sharpe Ratio."
- KSEI, 2022, “PT. Kustodian Sentra Efek Indonesia.”
- Market-Risk-Premia, 2022, “Implied Market-risk-premia (IMRP): Indonesia.”