Dengan perspektif Filsafat Ilmu Pengetahuan Barat dan Timur
Andi Sama — CIO, Sinergi Wahana Gemilang
Filsafat ilmu memiliki dampak yang sangat besar terhadap perkembangan dari ilmu komputer modern. Filosofi ilmu mempengaruhi berbagai hal mengenai bagaimana kita mengkonsepkan, mengembangkan, dan memvalidasi teori komputasi serta berbagai teknologi terkait.
Filsafat Ilmu dan Perkembangan Ilmu Komputer
Filsafat ilmu memberikan fondasi bagi konsep dan framework yang telah memberikan dampak yang besar terhadap berbagai aspek ilmu komputer: mulai dari fondasi teoritis sampai aplikasi yang praktis dalam pengembangan software, AI, data modelling, programming language, dan sebagainya.
Logika Formal dan Teori Komputasi
Pemikiran para filsuf seperti Aristoteles, Leibniz, and Boole memberikan fondasi untuk logika formal yang merupakan dasar dari ilmu komputer. Alan Turing dan Alonzo Church juga kemudian mengembangkan idenya yang dikenal dengan Church-Turing thesis, yang memformalkan konsep komputasi dan algoritma.
Model teori komputasi Turing machine merupakan hal yang sangat penting dalam ilmu komputer yang memberikan framework formal untuk memahami apa arti dari suatu fungsi untuk bisa “computeable.”
Metoda ilmiah dan Software Engineering
Metoda ilmiah menekankan pada hipotesis testing, validasi empiris, dan repeatability yang mempengaruhi penerapan software engineering dengan berbagai metodologi baik untuk pengembangan maupun testing software.
Metodologi Agile, DevOps yang menggunakan pengembangan iterative, continuous testing, dan feedback loop berdasarkan prinsip-prinsip metoda ilmiah untuk meng-improve software quality, termasuk responsiveness terhadap perubahan.
Epistemologi dan Artificial Intelligence (AI)
Epistemologi yang merupakan study of knowledge, telah mempengaruhi riset di bidang AI terutama dalam bidang knowledge representation, learning, dan reasoning. Filsuf seperti Descartes, Hume telah menginspirasi tentang bagaimana para periset AI berpikir tentang persepsi, kognisi, dan nature dari intelligence.
Perkembangan expert system sebelum 1980 melakukan encoding dari human knowledge dan proses reasoning ke program komputer (bagaimana manusia memperoleh, mengerti dan menggunakan ilmu serta memformalisasikan proses dan caranya).
Ontologi dan Data Modeling
Ontologi yang merupakan studi tentang apa yang ada memainkan peranan yang penting dalam data modeling dan sistem informasi yang membantu dalam strukturisasi data yang menunjang analisa data untuk pengambilan keputusan.
Perkembangan semantic web merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip ontologi yang meliputi pembuatan format standar untuk melakukan pertukaran data di web, yang juga juga memungkinkan komputer untuk dapat mengerti dan memproses data secara lebih efektif.
Filosofi Language dan Programming Language
Filosofi dari language, telah mempengaruhi rancangan programming language dengan konsepnya seperti: syntax, semantics, dan pragmatics.
Pengembangan programming language seperti LISP dan Prolog yang berbasis prinsip-prinsip logika. Ini memperlihatkan pengaruh filosofi linguistik dalam pengembangan Natural Language Processing (NLP), Natural Language Understanding (NLU), Generative AI, juga symbolic reasoning.
Pergeseran Paradigma dalam Ilmu Komputer
Paradigm shift (pergeseran paradigma) dalam ilmu komputer mengacu kepada perubahan mendasar dalam melakukan pendekatan metodologi dan teknologi yang mempengaruhi perjalanan dan perkembangan ilmu komputer itu sendiri.
Setiap pergeseran paradigma ini memiliki dampak signifikan yang mendasar dalam perkembangan ilmu komputer yang menimbulkan teknologi dan aplikasi-aplikasi baru yang terus berevolusi sampai terjadi pergeseran paradigma kembali nantinya.
Mechanical Calculator → Electronic Computer
Dimulai oleh rancangan oleh Charles Babbage, kalkulator mekanik menjadi kalkulator elektronik.
Perkembangan tabung vakum (vacuum tube) menjadi transistor dan kemudian menjadi integrated circuit (IC) telah merevolusi dunia komputasi, yang saat ini fabrikasinya menuju 2nm (nano meter).
Komputer ENIAC (di tahun 1940-an), menjadi salah satu komputer general-purpose. Kemudian muncul mainframe, mini computer, dan personal computer (PC). Transistor, sebagai komponent dasar yang membentuk logika 0 dan 1 pada classical computing, di dalam IC pada Samsung S24 Smartphone misalnya, sudah difabrikasi dengan teknologi 4nm.
Batch Processing → Interactive Computing
Pada awalnya komputer beroperasi dalam mode batch, di mana user men-submit job yang kemudian diproses secara sequential.
Time sharing (Time Sharing Options Operating Systems oleh IBM misalnya) diperkenalkan di tahun 1960-an yang memungkinkan beberapa user berinteraksi dengan komputer secara “bersamaan.” Awal dari komputer modern (classical computing) yang kita gunakan sampai saat ini.
Procedural Programming → Object Oriented Programming/OOP
Procedural programming fokus kepada prosedur atau routine/function — sampai adanya OOP.
OOP di tahun 1960-an diperkenalkan pada programming language seperti Smalltalk, C++, dan Java. Rancangan software dilakukan dengan membuatnya menjadi object (function, data) untuk menjadi reusable code yang bersifat modular yang membuat software menjadi scalable.
Standalone System → Networked System
Pergeseran paradigma dari standalone system menjadi interconnected networks of systems merupakan perubahan yang mendasar.
Adanya ARPANET di 1960-an merupakan cikal bakal terbentuknya Internet. Ini menjadi dasar revolusi di computer networking dan data sharing. World Wide Web (WWW) juga mempercepat pergeseran paradigma yang menjadikan interkoneksi antar berbagai sistem di dunia yang terjadi dalam waktu yang relatif cepat.
Static Data Processing → Dynamic Big Data, Analytics
Traditional data processing biasanya berhubungan dengan data statik, terstruktur dan secara relatif tidak menangani data dalam jumlah besar.
Adanya berbagai sumber data yang sangat besar dari media sosial, perangkat IoT (Internet of Things), log transaksi merupakan awal dari evolusi ke era Bigdata. Teknologi Hadoop dan Spark misalnya (termasuk perkembangan di hardware: data storage dan processing power) memungkinkan melakukan analisa data dalam skala yang sangat besar. Berbagai kemampuan prediksi berdasarkan data, dimungkinkan oleh Bigdata.
Manual Coding → Machine Learning, AI (Automated)
Dalam traditional programming, seorang programmer mengembangkan program dan melakukan instruksi secara eksplicit untuk melakukan suatu task tertentu.
Perkembangan AI: machine learning, deep learning di tahun 2010-an memungkinkan AI untuk belajar dari data, kemudian mengambil keputusan dengan intervensi manusia yang minimum. Dalam perkembangannya, kemudian ada Natural Language Processing (NLP), Natural Language Understanding (NLU), dan Generative AI.
Centralized Computing → Cloud Computing
Secara tradisional, resource untuk komputasi, terutama untuk kebutuhan enterprise biasanya terpusat dan terpasang di data center.
Komputasi berbasis cloud (cloud computing): AWS, Azure, Google Cloud, IBM Cloud, Alibaba Cloud, Tencen Cloud memungkinkan resource komputasi tersedian secara on-demand melalui Internet. Ini memungkinkan solusi komputasi yang bersifat scalable dan flexible, juga tentunya cost-effective yang mengubah cara enterprise beroperasi dalam menjalankan berbagai aplikasinya.
Pada dasarnya, Cloud computing dapat berupa Infrastructure as a Service (IaaS), Platform as a Service (PaaS), juga Infrastructure as a Service (SaaS).
Classical Computing → Quantum Computing
Unit terkecil pada classical computing berbasiskan bit (binary digit) yang dalam suatu saat hanya dapat berada pada kondisi 0 ATAU 1.
Quantum computing (masih dalam tahap awal untuk menjadikannya scalable dengan jutaan qubit — quantum bit) memungkinkan kondisi 0 DAN 1 untuk berada bersamaan (qubit), selama belum di-measure (prinsip superposisi). Hal ini membuka jalan untuk memecahkan berbagai problem kompleks yang saat ini sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan bahkan dengan komputer super tercepat sekalipun (misal: prediksi cuaca, menemukan kombinasi molekul tertentu untuk menyembuhkan suatu penyakit).
Etika teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dalam perspektif Timur dan Barat
Dalam konteks teknologi informasi dan komunikasi (Information, Communication, and Telecommunication — ICT), tentunya ada perbedaan perspektif yang signifikan antara etika barat dan etika timur. Perbedaan berdasarkan kultur, filosofi, dan historikal yang mempengaruhi bagaimana kedua sisi (timur dan barat) menyikapi isu-isu etika.
Kedua sisi ini dapat saja menjadi komplemen bagi masing-masing dengan melakukan integrasi terhadap kepentingan-kepentingan individu dan kelompok serta menyeimbangkan inovasi ICT dengan refleksi etika.
Penggabungan barat (kepentingan individu) dan ribur (kepentingan kelompok) dalam perumusan kebijakan TI misalnya, berpotensi menjadikan kebijakan lebih berimbang yang tetap memproteksi kebebasan individu namun juga memastikan adanya manfaat secara sosial.
Framework untuk data privacy dapat dirancang sedemikian rupa untuk melindungi kepentingan individu namun tetap membuka celah untuk monitoring, demi kesehatan masyarakat misalnya.
Etika Barat
Individualisme: Penekanan kepada hak-hal individu dan kebebasan. Terlihat dari fokus yang kuat terhadap privacy, perlindungan data pribadi, dan kebebasan berekspresi. Contoh: regulasi tentang Proteksi data (General Data Protection Regulation — GDPR) yang fokus kepada perlindungan data pribadi dan hak-hak seputar data.
Utilitarianisme, Deontologi: Teori etika yang sering diaplikasikan termasuk utilitarianisme (memaksimalkan kesenangan secara keseluruhan) dan deontologi (etika berbasis kewajiban). Contoh: debat tentang etika penggunaan AI menimbang keuntungan dan dampak (utilitarianisme) dan tunduk kepada prinsip-prinsip seperti fairness dan transparansi (deontologi).
Pendekatan Legal: Kecenderungan untuk membuat legal framework yang komprehensif untuk menangani isu-isu etika di IT. Contoh: di Amerika ada Computer Fraud and Abuse Act (CFAA) dan Health Insurance Portability and Accountability Act (HIPPA).
Etika Timur
Collectivism: Penekanan kepada collective good, social harmony, dan community welfare dibandingkan denganindividual rights. Contoh: di beberapa negara di Asia, teknologi surveilance seperti face recognition lebih diterima demi untuk kepentingan public safety.
Confucianisme dan Taoisme: Perspektif etika timur (Asia) sangat dipengaruhi oleh Confucianisme (penekanan kepada roles, relationship, dan harmoni) juga Taoisme (penekanan kepada keseimbangan dan keteratural alam). Contoh: Decision making pada IT projects, lebih memprioritaskan untuk menjaga harmoni dan menghargai hubungan struktural dalam organisasi.
Etika Contextual dan Situational: Etika timur sering mengadopsi pendekatan situasional, dengan mempertimbangkan konteks dan kondisi spesifik daripada mengacu kepada prinsip-prinsip universal. Contoh: Etika pengambilan keputusan di IT mungkin dapat mempertimbangkan dampak kultur dan sosial kepada komunitas daripada memaksakan suatu solusi tunggal yang berlaku sama terhadap setiap stakeholdersnya.
Framework Etika dan Flesibilitasnya
Pendekatan Prinsip dan Context Sensitive: Prinsip deontologi barat dapat memberikan fondasi etika yang kuat. Di sisi lain, etika timur yang bersifat situasional dapat memberikan fleksibilitas untuk beradaptasi ke suatu context tertentu.
AI Governance dapat mengacu kepada prinsip-prinsip etika universal tapi beradaptasi ke kultur lokal dalam konteks dan kebutuhan sosial tertentu.
Legal dan Norma Sosial
Struktur Legal dan Harmoni Sosial: Pendekatan etika legalistik barat dapat memastikan regulasi yang jelas dan akuntabel. Sementara etika legalistik timur yang lebih fokus kepada harmoni sosial dapat meningkatkan perilaku etis melalui norma-normal kultural dan nilai-nilai komunitas.
Pengukuran cyber security dalam suatu organisasi atau komunitas dapat di-enforce melalui framework legal yang terdefinisi dengan ketat sambil memperkenalkan kultur cybersecurity, awareness, serta berbagai responsibility-nya.
Inovasi dengan pertimbangan Etika: Barat, yang menekankan pada inovasi dan progress dapat diseimbangkan dengan Timur yang menekankan pada kehati-hatian dan refleksi etika sehingga memastikan bahwa perkembangan teknologi memiliki pertimbangan-pertimbangan etika.
Refleksi etika dapat menjadi guide untuk perkembangan AI yang sangat cepat. Refleksi etika ini dapat berupa berbagai potensi dampak sosial dengan mengacu kepada filosofi dan tradisi baik barat maupun timur.
References
- Andi Sama, 2024, “Transitioning from Traditional Programming to AI — A Paradigm Shift in Digital Transformation?,” https://medium.com/@andisama/transitioning-from-traditional-programming-to-ai-a-paradigm-shift-in-digital-transformation-0489796f6b80.
- Andi Sama, Cahyati S. Sangaji, 2023, “Embarking on a Digital Transformation Journey to Industry 4.0 — Automation & Control,” https://medium.com/@andisama/embarking-on-a-digital-transformation-journey-to-industry-4-0-automation-control-258105fd590d.
- Andi Sama, 2023, “My Journey to the Exciting World of Quantum Computing — A Novice’s Perspective,” https://medium.com/@andisama/my-journey-to-the-exciting-world-of-quantum-computing-a-novices-perspective-c6d66e9e997e.
- Andi Sama, 2022, “Trust without Trust — Blockchain, The Fundamental Building Block of Metaverse & Industry 5.0,” https://medium.com/@andisama/trust-without-trust-blockchain-the-fundamental-building-block-of-metaverse-industry-5-0-72501dd080f4.
- Andi Sama, Cahyati S. Sangaji, 2021, “Embarking on a Journey to Quantum Computing — Without Physics Degree,” https://medium.com/@andisama/embarking-on-a-journey-to-quantum-computing-without-physics-degree-4f22a1fb6a2b.